Oleh
Rahmat
Sebuah
cerita tentang seorang penebang kayu yang menebang kayu dengan
kapaknya.
Setiap hari dia menebang kayu untuk dijual. Setiap pagi dia pergi ke
hutan
dan pulang menjelang matahari terbenam. Sesampai di rumah dia
istirahat
untuk
menunggu hari esok, saat matahari terbit untuk kembali pergi ke hutan
menebang
kayu.
Hal
tersebut dia lakukan terus menerus tanpa henti. Namun lama kelamaan
hasil
tebangannya
mulai menurun. Lambat tetapi pasti, kayu yang dia bawa pulang
berkurang
terus dari hari ke hari. Melihat hasil yang berkurang terus menerus,
dia
memutuskan
untuk menambah jam kerjanya. Dia pergi lebih pagi dan pulang lebih
sore.
Awalnya,
dengan penambahan jam kerja tersebut, hasil tebangannya sedikit
bertambah.
Namun setelah beberapa lama berkurang kembali seperti semula,
seakan
penambahan waktu tidak ada gunanya. Bahkan suatu waktu hasil
tebangan
yang dilakukan secara lembur hasilnya lebih sedikit dibanding
penebangan
yang dia lakukan pada saat awal karir dia sebagai penebang kayu.
Sampai
suatu saat dia bertemu dengan seorang penebang kayu lainnya.
Penebang
kayu yang baru dikenalnya itu menggunakan jenis kapak yang sama
dan
waktu yang digunakan untuk menebang juga sama. Tetapi hasil yang
diperoleh
penebang tersebut tidak pernah menurun. Ini membuat dia merasa
keheranan,
mengapa hasil produksinya menurun sementara temannya tidak?
Akhirnya
dia menanyakan rahasia kepada teman barunya itu, bagaimana agar
hasil
tebangannya tidak menurun. Temannya menjawab, bahwa rahasianya sangat
sederhana,
dia rajin mengasah kapaknya agar selalu tajam. Namun penebang itu
menjawab
bahwa dia tidak punya waktu untuk mengasah kapaknya, dia sibuk
untuk
mengejar jumlah produksi agar bisa mendapatkan uang untuk memenuhi
kebutuhan
hidupnya.
Temannya
yang bijak berkata, "Kamu memang menghabiskan beberapa waktu
untuk
mengasah kapakmu. Tetapi waktu yang kamu gunakan untuk mengasak
kapak
akan terganti, sebab kamu akan menebang kayu lebih cepat."
Kita
pun sama, kita memiliki "kapak" meski dalam bentuk lain
yang harus selalu
kita
asah agar tetap produktif. Energi kita, jika digunakan akan
berkurang, maka
kita
harus mengisinya kembali. Termasuk juga dengan iman, sering kali
turun,
maka
kita harus menaikan iman kita kembali. Apakah kita merasa tidak punya
waktu?
sumber:
http://web-cerdas.cjb.net